Silabus Tematik Integratif Kurikulum 2013

Silabus Tematik Integratif Kurikulum 2013

Berbagai persiapan pelaksanaan kurikulum yang begitu pendek, banyak menimbulkan apriori tak sedap terhadap pemerintah. Mulai tentang sosialisasi kurikulum, hasil uji publik, pengintegrasian beberapa pelajaran, pelatihan master teacher dengan waktu yang singkat, ketuntasan tools pendukung pelaksanaan kurikulum, sampai bagaimana sekolah dan guru bisa mengimplentasikan kurikulum ini ke dalam kelas. Semua permasalahan tersebut  terus dipertanyakan ke pemerintah sampai saat ini. Oleh karena itu, tak heran banyak kelompok masyarakat yang miris dan khawatir dengan pelaksanaan kurikulum 2013, walau harus diakui banyak juga yang memuji isi dari kurikulum 2013 yang lebih baik dari kurikulum sebelumnya.
Mengingat hal di atas, pantaslah gagasan berupa saran , kritik, dan solusi dari berbagai masyarakat diberikan ke pemerintah sebagai keperdulian dan kecintaannya terhadap bangsa dan negara melalui pengembangan manusia seutuhnya demi kejayaan Republik Indonesia. Salah satunya gagasan 10 Alasan Kurikulum 2013 Sulit Diimplementasikan (kompasiana 4/1/’13), yang menyoroti tentang contoh silabus pada materi uji publik kurikullum 2013. Dijelaskan bahwa masih banyak ketidak konsistensian dalam contoh silabus tersebut, sehingga guru berpotensi sulit mengimplementasikannya.

Sebagai tanggung jawab dan keinginan yang sangat, agar pendidikan di Indonesia benar-benar memiliki daya saing. Berikut diskusi-diskusi yang berkembang di RepublikBelajar sehingga menelorkan ide Silabus Kurikulum 2013 ala RepublikBelajar (lihat tabel di bawah). Peserta diskusi sepakat, pembuatan silabus ini ditujukan untuk pengkayaan pengetahuan, alternatif, contoh dan alat memudahkan guru dalam pelaksanaan kurikulum. Silabus kurikulum 2013 ini tentu merupakan kelanjutan atau berdasarkan Rancangan Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 yang pernah ditayangkan di kompasiana 9/1/’13. Adapun contoh yang diberikan dalam artikel ini silabus kelas 1 SD tema Diri Sendiri sub tema Aku. Untuk silabus yang lengkap, bisa segera dikuti di http://RepublikBelajar.org.
1358803037175744720
Kompetensi Dasar
Sebagaimana yang sering dinyatakan pemerintah, bahwa tematik integratif akan mengintegrasikan pelajaran tertentu ke sebuah pembelajaran tematik. Pernyataan ini benar adanya, karena dapat dibuktikan dengan begitu panjangnya kalimat kompetensi dasar dari sebuah tema yang telah ditentukan. Sampai-sampai para peserta diskusi harus berkali-kali membaca kompetensi dasar tersebut agar bisa memperoleh kompetensi apa saja yang semestinya diberikan.
Dari banyaknya kompetensi yang mesti diberikan dalam setiap kompetensi dasar, ternyata juga terkandung berbagai kompetensi sikap (affective). Tentu, apabila yang diharapkan siswa menjadi berkarakter, kompetensi-kompetensi sikap tersebut tidak bisa hanya diberikan sekali. Haruslah diberikan beberapa kali. Dan itu, mungkin saja disampaikan diberbagai pelajaran. Yang terpenting, setiap kompetensi sikap yang  diberikan, harus ada tolak ukur dan cara mengukurnya (indikator capaian dan bentuk asesmen).
Selain itu, apabila sekolah akan menambahkan kemampuan lain (misal kemampuan teknologi informasi, bahasa daerah, dan sebagainya) kepada siswa. Kompetensi dasar kemampuan tersebut bisa diintegrasikan di sini. Materi, indikator, aktifitas dan penilaian pembelajaran tentu harus menyesuaikan. Yang terpenting pembelajaran dari kemampuan tersebut, harus tetap fokus pada tema-subtema dan kecukupan waktu tatap muka.
Dengan cara tersebut, guru tidak perlu khawatir memberikan pembelajaran walau belum menguasai kemampuan tambahan tadi. Mengapa? Guru bisa meminta bantuan dari guru lain yang menguasi, seperti guru TIK atau guru bahasa daerah. Jelas, apabila pembelajaran yang dituju adalah penguasaan kompetensi yang menyeluruh, tidak ada satu gurupun yang akan mampu memberikan pengajarannya. Jad,i dalam penagajaran guru juga dituntut untuk memiliki kempuan bekerja sama dan berkolaborasi dengan guru lain, sehingga bisa memberikan pembelajaran kepada siswanya secara team teaching.
Materi Pembelajaran dan Sumber Belajar
Isi mata pelajaran Kurikulum 2013, bukan asal terbentuk dari sekumpulan materi ajar yang bersumber dari buku pebelajaran tertentu, tetapi benar-benar dari pengejawantahan kompetensi lulusan satuan pendidikan yang telah ditetapkan. Hasil pengejawantahan tersebut bisa dilihat dari susunan kompetensi lulusan, kompetensi inti dan kompetensi dasar yang terstruktur secara apik.
Oleh karena itu, materi pembelajaran dalam silabus ala RepublikBelajar ini merupakan sekumpulan bahan kajian yang dipilihkan guru untuk dipelajari siswa agar kompetensi dasarnya tercapai. Guru boleh saja memilihkan apa pun bahan kajiannya dan tidak terkungkung dalam sumber belajar tertentu. Tentu bahan kajian yang terbaik adalah yang real sesuai situasi dan lingkungan siswa  serta lagi menjadi tren pembicaraan saat ini.
Indikator Pencapaian
Di silabus ini, Indikator Pencapaian dimaksudkan sebagai tolak ukur yang dapat memastikan siswa benar-benar memiliki kemampuan sebagaimana kompetensi dasar yang diharapkan. Maka dari itu, indikator pencapai harus bisa mendiskripsikan kemampuan siswa di 3 ranah pembelajaran Benjamin S. Bloom. Apakah itu ranah pembelajaran (C)ognitif, (P)sycomotor, atau (A)ffective. Apabila guru hanya memberikan indikator pencapaian di ranah cognitif saja, bisa dipastikan siswa hanya akan memiliki pengetahuan belaka.
Indikator pencapaian setiap ranah pembelajaran, diharapkan bukan memindahkan “kata kerja” yang ada di kompetensi dasar. Guru diminta untuk menetapkan indikator yang  variatif tetapi sesuai dengan prinsip pedagogi pengajaran. Contoh bila kompetensi dasarnya mengharapkan siswa mampu mengenal, guru biisa menentukan indikator yang sepadan seperti siswa mampu menyebutkan, menyatakan, menjelaskan, membaca, menulis, menunjuk dan lain sebagainya.
Variasi indikator pencapaian ini penting, karena bila guru hanya menetapkan satu indikator, bisa diibaratkan guru hanya menguatkan pada satu sisi saja. Pada hal seseorang siswa akan sukses bila memiliki banyak sisi kekuatan yang menonjol dan menarik.
Aktifitas Pembelajaran Siswa
Di sinilah tantangan guru yang sebenarnya. Guru diminta untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa. Dari kegiatan tersebut, diharapkan siswa mendapatkan pengalaman sekaligus menuntaskan materi yang ditetapkan. Pada saat yang bersamaan, berdasarkan indikator capaian terkait guru bisa menilai apakah siswa sudah memiliki kompetensi dasar yang diharapkan atau belum.
Mengacu pada diskusi yang berlangsung di RepublikBelajar, peserta diskusi sangat antusias ketika diminta untuk membuat contoh kegiatan pembelajaran. Untuk kompetensi dasar yang sama, setiap kelompok peserta menciptakan pembelajaran yang di luar perkiraan. Sangat kreatif, out of the box kalau tidak boleh dibilang liar. Tetapi kalau ditelisik, semua kelompok peserta mengadalkan apa yang disebut kekreatifitasan dan mementingkan perbedaan dengan pembelajaran yang sudah ada. Mereka melupakan kompetensi dasar yang dituju, alokasi waktu yang disediakan, penyiapan alat belajar yang begitu rumit dan lama, serta  biaya yang timbul dari kegitan pembelajaran tersebut.
Apabila hal itu terjadi, tentu pihak sekolah akan keberatan untuk mendukung model pembelajaran seperti dimaksud. Banyak alasan yang bisa dibuat sekeloh. Pada hal, Allah SWT telah menciptakan alam semesta ini untuk pembelajaran bagi kita semua. Guru boleh saja memberikan pembelajarannya di luar kelas. Guru bisa mengajak siswanya belajar dimana saja yang dianggap memungkinkan. Jikalau kesulitan dengan alat bantu ajar, guru bisa gunakan sarana disekitarnya. Gunakan sarana tersebut untuk membuat suatu kejadian yang hikmahnya adalah tema pembelajaran yang sedang berlangsung. Guru dan siswa bisa bersama-sama menggali refleksi dari kejadian pembelajaran tersebut.
Agar aktifitas pembelajaran yang diciptakan menyenangkan, jangan lupakan konsep multiple intelligence. Siapa tahu siswa di kelas kecerdasannya dominan ke auditori, maka ciptakanlah kegiatan yang belajarnya lebih banyak dengan bernyanyi dan diiringi musik. Namun apabila kecerdasan siswa di kelas lebih dominan ke kinestetik, ciptakan kegiatan yang belajarnya lebih banyak dengan bergerak, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dalam contoh silabus di atas, kegiatan belajar siswa nyata-nyata dituliskan model pembelajaran yang akan dilakukan siswa. Hal ini memang disengaja, agar sekolah dapat memonitor model-model pembelajaran yang ada di kelas tertentu. Bila guru lebih banyak menyediakan model pembelajaran ceramah. Atas nama memaksimalkan potensi siswa, sekolah boleh mengadakan negosiasi kembali dengan guru pengampu.
Selain itu, yang direncanakan dalam kegiatan pembelajaran siswa di silabus ala RepublikBelajar, bukan hanya kegiatan pertemuan tatap muka (TM) saja. Tetapi juga termasuk kegiatan belajar mandiri dan belajar terstruktur (BM+BT). Menurut peraturan yang ada, durasi BM+BT untuk pendidikan dasar dan menegah adalah 50% dari jam pelajaran. Ini penting, untuk mendukung orang tua agar bisa membantu putra-putrinya belajar dengan benar.
Memang, RepublikBelajar berpendapat bahwa silabus seperti ini sebaiknya diberikan ke orang tua siswa di setiap awal semester. Agar apa, satu, guru memiliki panduan pembelajaran yang matang, sehingga akan meminimalisasi “improvisasi” dalam kegiatan pembelajaran atau paling tidak mereduksi guru yang kerjanya banyak membunuh waktu tatap muka belaka. Dan dua, orang tua mengetahui apa dan bagaimana pembelajaran yang akan diperoleh putra-putrinya. Harapanya agar kerjasama guru dan orang tua semakin erat, semua demi kesuksesan siswa/putra-putri mereka.
Asesmen dan Bentuknya
Penilaian bisa dilakukan dengan 2 (dua) cara, tes atau non tes. Tes lebih ditujukan untuk mencari tahu seberapa jauh kemampuan pengetahuan siswa. Bentuk tes yang sering dilakukan dengan ujian tertulis. Non tes lebih menekankan untuk mengukur seberapa besar portofolio kemampuan siswa, baik pada ranah pembelajaran pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Oleh karenanya bentuk penilain non tes yang sering dilakukan para guru berupa demontrasi kebisaan siswa atau observasi (melihat langsung) kemampuan siswa yang sedang melakukan aktifitas pembelajaran.
Kurikulum 2013 mencanangkan pendekatan asesmen dengan model penilaian otentik. Di sini guru diminta untuk mengunakan kedua cara penilaian di atas secara proposional. Guru harus bisa memebuat standar nilai dari elemen yang diukur sesuai dengan indikator capaiannya.
Terakhir. Kami tahu bahwa pemerintahlah yang akan menyiapkan seluruh silabus kurikulum 2013 (lihat Dikbud siapkan buku babon untuk kurikulum 2013, Antaranews.com 9/12/’12). Pemerintah ingin kurikulum 2013 bisa mengurangi beban kerja guru. Namun disisi lain pemerintah juga menekankan bahwa kurikulum 2013 merupakan desain minimal. Yang artinya, guru janganlah puas dengan memberikan pembelajaran kepada siswa dengan hal-hal yang minimal. Guru tidak boleh hanya sekedar menjadi operator pelaksana kurikulum 2013, tanpa ketulusan dalam pembelajarannya. Kami sadar bahwa untuk memberikan yang minimalpun masih banyak kendala. Tetapi dengan kecintaan guru terhadap siswanya dan keinginan guru bisa menghantarkan siswanya lebih sukses dari dirinya. Kami yakin guru-guru di Indonesia, bisa melakukan lebih dari apa yang ditetapkan pemerintah. Terimakasih.

Sumber : http://edukasi.kompasiana.com

0 Response to "Silabus Tematik Integratif Kurikulum 2013"

Posting Komentar